Thursday, 12 February 2015

Saya dan Menulis

Menulis bagi saya bukan merupakan suatu hobi ataupun keperluan batin. Lebih jauh lagi, menulis juga bukan merupakan kebutuhan ataupun kewajiban yang harus dilakukan. Dalam kesempatan ini, saya ingin bercerita tentang track record saya dengan kegiatan menulis.

Saat berada di bangku SMA, saya cukup aktif menulis. Saat itu dapat dipastikan hormon-hormon yang dihasilkan tubuh diproduksi dengan jumlah yang sangat banyak. Hormon dopamin dan oksitosin sebagai sumber rasa bahagia akan membuat saya menuliskan untaian-untaian kata indah, puitis dengan diksi yang dipilih dengan sangat hati-hati. Bukan hanya itu, saat munculnya galau (yang mungkin saat itu merupakan kata paling populer di kalangan siswa-siswi SMA), saya bisa berubah menjadi Chairil Anwar dalam semalam. Memang dulu saya sangat suka menulis, bukan ulasan-ulasan politik ataupun pemikiran kritis, akan tetapi sesederhana ungkapan perasaan yang implisit yang disembunyikan dalam kata-kata yang dipilih sebagus mungkin agar terlihat dan terdengar indah. Saya penikmat puisi dan sastra, akan tetapi tidak pernah punya niatan untuk dilihat sebagai orang yang jago dalam menulis. Saya pernah gemar menulis, pernah menjadikan menulis sebagai suatu kebutuhan. Saat itu, media yang saya pilih untuk menulis adalah Tumblr. Sayangnya, dua tahun yang lalu saya memilih untuk menghapus situs Tumblr saya tersebut karena saya rasa isinya sudah terlalu ABG dan tidak layak untuk dibaca. Selain itu, banyak juga untaian kata kata yang saya sendiri hanya memikirkan diksi dibanding perasaan yang hendak saya curahkan dalam akun Twitter, yang juga pada akhirnya saya hapus karena terlalu banyak kalimat-kalimat nonsense yang saya rangkai dalam 140 karakter.
Selama kurang lebih setengah tahun, saya tidak menulis blog. Hanya menjawab beberapa pertanyaan (yang pada akhirnya terlampau panjang dan menyebalkan) di askfm. Akhirnya, pada pertengahan tahun 2014, saya kembali membuka akun blogspot.

Kalau tidak suka menulis, kenapa lalu membuka akun dan menulis blog lagi?
Saya tidak dapat mengatakan bahwa saya tidak suka menulis, saya suka menulis. Mungkin juga karena Ayah yang juga gemar menulis dari semenjak kuliah. Akan tetapi, bagi saya, menulis hanya merupakan salah satu cara melepaskan beban. Saya merupakan orang yang memilih untuk tidak bergaul dengan banyak orang. Secara kasar, bisa dikatakan bahwa saya cukup mengisolir diri. Bukan berarti saya anti-sosial, akan tetapi saya akui bahwa saya memilih orang yang ingin saya dalami dan saya jadikan teman berdiskusi, dan orang yang saya pilih tersebut tidak banyak. Dengan kata lain, saya banyak menjadikan teman-teman hanya sekedar acquaintances. Dari sekian banyak teman yang saya miliki, mungkin hanya satu sampai dua orang yang bertahan dalam memerankan peran sebagai sahabat (karena bagi saya sahabat memegang peran sebagai partner diskusi pula). Perlu disadari pula bahwa saya adalah pemikir yang kompleks sehingga tak jarang sahabat berdiskusi pun letih mengikuti alur berpikir saya saat sedang berdiskusi.  Salah satu teman diskusi yang setia dan selalu mendengarkan saya, adalah sesuatu yang abstrak dan tidak bernyawa, yaitu kegiatan menulis. 

Setiap kali saya menulis di suatu akun, saya tidak mengharapkan atau berintensi agar ada orang yang membacanya, apalagi saat menginjak bangku kuliah. Kembali saat berada di bangku SMA, kadang masih ada beberapa tulisan yang diniatkan sebagai “kode” ataupun maksud tersembunyi untuk seseorang, berharap seseorang tersebut mampir dan membaca tulisan tersebut. Akan tetapi, sekarang, semua itu sudah benar benar hilang. Saya menulis untuk diri saya sendiri. Menulis merupakan sahabat yang setia menampung sepersekian beban. Menulis merupakan sahabat maya yang mendengarkan dalam diam saat mulut terlalu letih untuk berbicara dengan sahabat  di dunia nyata. Akan tetapi jika nanti ada yang membaca dan merasa terhibur ataupun menikmati, saya pun bersyukur dan senang bisa melakukan hal tersebut. 

Lalu mengapa tidak dibuat saja akun ataupun blog private?

Saya menulis untuk diri saya dan bukan untuk orang lain, akan tetapi bukan berarti saya malu dengan apa yang saya tulis. Saya tidak malu dengan apa yang saya tulis. Menurut saya membuat blog ataupun akun private mengindikasikan adanya perasaan malu.

Begitulah sedikit cerita tentang saya dan menulis. Mungkin saya bukan penulis yang baik, dan saya pun merasa tidak memiliki bakat dalam menulis. Tapi sekali lagi, menulis dapat membantu saya mengangkat sepersekian beban yang terkadang menggayut di kepala saya. 

Another Milestone

This is a very late announcement, but anyway, I have finished my master's degree, folks! Yeah yeah I know, it has been roughly a month ...